Dewantara
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
Dewantara
No Result
View All Result
Home Opini Praktisi

Revolusi Industri Keempat: Kapitalisasi dan Ketimpangan Ekonomi (2-habis)

dewantara.id by dewantara.id
December 24, 2017
in Praktisi, Uncategorized
45 0
0
97
SHARES
413
VIEWS
Share on TwitterShare on Facebook

Kalau Presiden Amerika Serikat, Donald Trump punya semboyan ‘Make America Great Again’, sebenarnya Presiden Joko Widodo juga punya semboyan ‘Kerja Kerja Kerja’. Apalagi ketika debat – waktu itu masih calon presiden – bilang dengan sangat yakin, “uangnya ada, tinggal kita mau kerja atau tidak!”. Dengan demikian harus benar-benar terbukti bahwa lapangan pekerjaannya ada, sehingga kita bisa “kerja kerja kerja”.

Ketimpangan Ekonomi

Indonesia sebagai negara kepulauan, lengkap dengan 280 juta populasi manusianya yang juga multikultural. Taraf hidup dan tingkat pendidikan rakyat Indonesia belum merata. Lebih lanjut, bahkan masih terasa ketimpangan di sana-sini. Merombak sistem industri dan sistem pelayanan masyarakat yang serba manual menjadi serba otomatis, serta yang analog menjadi serba digital, akan menjadi pilihan yang beresiko tinggi. Terutama apabila pilihan untuk go digital tersebut “hanya” atas nama kepentingan efektivitas dan efisiensi dalam kaidah ekonomi.

Para pekerja pada hari ini berpotensi untuk digantikan oleh mesin. Para pekerja juga dituntut memiliki keahlian tinggi. Namun, data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2017 menunjukkan 62% angkatan kerja di Indonesia berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau lebih rendah, sehingga berpotensi tersingkir.

Bahwasannya perkembangan teknologi merupakan suatu keniscayaan, memang tidak terbantahkan. Kita menerima dan terbantu dengan SMS-banking, ojek-online, serta belajar masak dan memperbaiki mesin cuci melalui video di youtube. Kita juga merasa nyaman dengan penggunaan e-toll, belanja online (e-commerce). Mungkin hanya e-KTP saja yang jadi kasus mengganjal kan?

Namun demikian, yang juga menjadi suatu keniscayaan adalah ‘benturan kepentingan’ yang muncul karena kepentingan pengusaha besar (baca: kapitalis) yang mengutamakan untung-rugi melalui kerangka pendekatan efektivitas dan efisiensi, melawan – atau minimal berhadap-hadapan dengan – kaum pekerja yang memiliki kepentingan untuk menuju kesejahteraan hidup. Level-level ‘benturan’ dapat dilihat dari urusan upah buruh, pesangon maupun pensiun, maupun penggunaan tenaga buruh/pekerja secara keseluruhan apabila dikaitkan dengan digitalisasi industri dalam revolusi industri keempat.

Pemerintah dan kita sebagai rakyat perlu memikirkan, apakah dengan mayoritas penduduk yang berpendidikan dasar-menengah pertama tersebut akan mampu mengikuti dan mengimbangi perkembangan industri teknologi informasi? Dan sejauh mana mayoritas penduduk berpendidikan dasar-menengah pertama tersebut memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang akan meningkatkan kemampuan mereka? Dapatkah akses-akses tersebut mampu menjangkau sampai ke tiap kecamatan di Provinsi Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur?

Antara Mesin dan Manusia

Terdapat satu hal pasti yang dibawa oleh revolusi, yaitu inovasi. Inovasi yang lahir dari setiap revolusi dapat menimbulkan dua efek yang berlawanan, yaitu antara Capitalisation Effect (kapitalisasi) atau Destruction Effect (destruksi). Kapitalisasi terjadi jika teknologi yang dihasilkan mampu meningkatkan produktivitas para pekerja dan memungkinkan terbukanya pekerjaan baru. Sedangkan, Destruction Effect terjadi jika terobosan teknologi justru menggantikan pekerjaan manusia, menyebabkan ledakan pengangguran dan menghancurkan sistem pekerjaan yang ada.

Perubahan kemakmuran memenangkan industri padat modal. Berdasarkan laporan Credit Suisse, jika 1% penduduk terkaya menguasai 45,6% total kekayaan pada tahun 2012, maka jumlahnya meningkat jadi 49,3% pada tahun 2016. Sementara kekayaan 40% penduduk termiskin justru turun dari 2,1% pada 2012 menjadi 1,3% pada 2016 (Kompas, 10/11/2017).

Bangsa Indonesia perlu mencari keseimbangan antara kebutuhan efektivitas-efisiensi dengan kesejahteraan kaum pekerja. Keseimbangan mendorong adanya keadilan, sebagaimana Pancasila menyebut kata ‘adil’ dalam sila kedua dan ‘keadilan’ dalam sila kelima. Sehingga otomatisasi dan digitalisasi yang hadir adalah otomatisasi dan digitalisasi yang menyejahterakan rakyat.

 

Ahmad Muttaqin, M.Pd

Tweet9Share75Share4Share
dewantara.id

dewantara.id

Related Posts

4 Tips Mengatasi Kecanduan Gawai Pada Anak

4 Tips Mengatasi Kecanduan Gawai Pada Anak

July 28, 2018
Menjadi Keluarga yang Dialogis dan Berpihak Pada Hak Anak

Menjadi Keluarga yang Dialogis dan Berpihak Pada Hak Anak

July 24, 2018
Portal Registrasi Mandiri Dipastikan Tidak Ada di Seleksi CPNS 2018

Portal Registrasi Mandiri Dipastikan Tidak Ada di Seleksi CPNS 2018

July 11, 2018
Bergaul Dengan Bahasa: Linguistik Sebagai Barometer Tingkat Pendidikan Bangsa

Bergaul Dengan Bahasa: Linguistik Sebagai Barometer Tingkat Pendidikan Bangsa

July 9, 2018
5 Hewan yang Tahan Tidak Makan Dalam Waktu yang Lama

5 Hewan yang Tahan Tidak Makan Dalam Waktu yang Lama

July 2, 2018
Artikel Sejarah Populer Sebagai Aktualisasi Sejarah

Artikel Sejarah Populer Sebagai Aktualisasi Sejarah

June 13, 2018

Penerapan Uang Pangkal di PTN, UKT, dan problem Otonomi Kampus

May 31, 2018
Pendidikan, Disabilitas, dan Kebijakan Setengah Hati

Pendidikan, Disabilitas, dan Kebijakan Setengah Hati

May 22, 2018
Load More
Bukan KTP DKI: Saya Bukan Satu-satunya (2-habis)

Bukan KTP DKI: Saya Bukan Satu-satunya (2-habis)

by dewantara.id
May 11, 2017
0

Kalau anda, para pembaca yang budiman berpikir saya hanya lagi ‘sensi’ atau omongan kenalan saya, yang merupakan warga jakarta ber-KTP...

Protes, Arab Saudi Berencana Keluarkan 12 Ribu Mahasiswa dari Kanada

Protes, Arab Saudi Berencana Keluarkan 12 Ribu Mahasiswa dari Kanada

by dewantara.id
August 7, 2018
0

Dewantara - Perseteruan antara Arab Saudi dan Kanada mulai berdampak ke bidang pendidikan. Ini menyusul pernyataan Wakil Menteri Pendidikan Arab...

Aksebilitas Bagi Tunanetra

by dewantara.id
August 7, 2018
0

Tanpa bermaksud untuk mengatur takaran anda dalam memahami tulisan singkat ini, mohon kiranya izinkan saya, untuk membatasi cakupan tulisan ini...

Mahasiswa UGM Teliti Khasiat Bunga Bintang Lima

Mahasiswa UGM Teliti Khasiat Bunga Bintang Lima

by dewantara.id
June 30, 2018
0

Dewantara, Yogyakarta - Tiga mahasiswa Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Sekolah Vokasi (SV) UGM meneliti kandungan bunga bintang lima yang...

About Us

We bring you the best Premium WordPress Themes that perfect for news, magazine, personal blog, etc. Check our landing page for details.

Follow Us

Category

  • Advetorial
  • Dari Anda
  • Galeri
  • Garis Waktu
  • Internasional
  • Jejak
  • Jendela Dunia
  • Kabar
  • Kakiku
  • Komunitas
  • Mahasiswa
  • Nasional
  • Opini
  • Praktisi
  • Profil
  • Sains
  • Seni Budaya
  • Siswa
  • Sosok
  • Tips
  • Uncategorized

Popular

  • Kenapa Amerika Maju dan Kaya?

    Kenapa Amerika Maju dan Kaya?

    35 shares
    Share 16 Tweet 8
  • Ada Program Diklat Guru 2018 Pengganti Program Guru Pembelajar

    34 shares
    Share 15 Tweet 8

Recent News

Wajah (1)

Wajah (1)

February 18, 2019
Seminar Internasional Sejarah : Pitung, Banten, and The Dutch (2-habis)

Seminar Internasional Sejarah : Pitung, Banten, and The Dutch (2-habis)

January 21, 2019

© 2018 Dewantara.id

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains

© 2018 Dewantara.id

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In