Dewantara
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
Dewantara
No Result
View All Result
Home Profil

Colliq Pujié : Mengenal Perempuan Penggerak Literatur Kuno Bugis

dewantara.id by dewantara.id
June 1, 2018
in Profil, Sosok
0
Colliq Pujié : Mengenal Perempuan Penggerak Literatur Kuno Bugis

Foto : Koleksi Tropenmuseum

66
SHARES
729
VIEWS
Share on TwitterShare on Facebook

Nama kecilnya dalam bahasa bugis terdiri dari beberapa bagian, pertama Retna Kencana, kemudian Colliq Pujié yang berarti Pucuk yang Terpuji. Setelah dewasa bergelar Arung Pancana Toa atau Raja Pancana Tua. Dalam Buku La Galigo terbitan Yayasan Pustaka Obor Indonesia nama Rétna Kencana Colliq Pujié Arung Pancana Toa ditulis sebagai penyalin dan penyusun buku tersebut.

Colliq Pujié Menurut B.F. Matthes

Colliq Pujié adalah putri dari Raja Tanété, La Rumpang Mégga, Datu Mario ri Wawo, Matinroé ri Mutiara. Latar belakangnya diketahui berasal dari pengalaman Benjamin Frederik Matthes, seorang misionaris Belanda yang diminta Nederlandsch Bijbelgenootschap untuk melakukan penelitian ilmiah mengenai bahasa Bugis dan bahasa Makassar dalam rangka menerjemahkan alkitab.

Tiba di pelabuhan Makassar pada tanggal 20 Desember 1848 sambil menjalankan tugas meneliti bahasa Makassar, Matthes juga mengumpulkan naskah-naskah Bugis termasuk La Galigo – karya sastra dari tanah Bugis yang telah diakui UNESCO sebagai Memory of The World. Penelitian tentang sastra kuno Bugis tersebut yang kemudian membawanya berjumpa dengan Colliq Pujié ketika berkunjung ke Tanété.

Ketika tinggal di Makassar Colliq Pujié menjadi narasumber, asisten, sekaligus guru bahasa bagi Matthes. Matthes menyebutnya sebagai wanita cerdas berpengetahuan sastra, selain menulis segala surat penting ayahnya, Ia juga memahami bahasa kedaton Bône, termasuk juga bahasa dalam teks kuno La Galigo. Pujian diberikan Matthes kepada perempuan berdarah bangsawan itu karena pengetahuannya tentang bahasa dan sastra, terutama kala membantunya menyalin dan menyusun naskah La Galigo.

Meninggalkan Gelar Bangsawan

Tempat dan tanggal lahir Colliq Pujié tidak diketahui. Namun dalam perkiraan Matthes pada pertemuan pertama mereka ditahun 1852, Colliq Pujié diperkirakan berumur 40 tahun.

Colliq Pujié memiliki tiga orang anak, satu lelaki dan dua perempuan, hasil penikahannya dengan La Tanampareq, To Apatorang, Arung Ujung. Pada 6 November 1827, ia dilantik sebagai Arung pancana, namun karena mendapat ancaman dari La Patauq, gelar itu ia tinggalkan pada tahun 1835.

Pada tahun 1855, La Rumpang Mégga, ayahnya meninggal dunia. Pewaris tahta Tanété seharusnya anak lelaki Colliq Pujié, La Makkawaru, namun karena perilakunya sebagai pemadat dan penjudi tidak disukai kakeknya, maka ditetapkan Wé Tenriollé anak perempuan Colliq Pujié sebagai Datu Tanété.

Akibat pertengkaran dengan anak kandungnya, Wé Tenriollé, pada bulan Maret 1857 Colliq Pujié keluar dari Tanété. Ia diminta Pemerintah Belanda untuk tinggal di kota Makassar. Di Makassar, ia hidup dengan tunjangan pemerintah daerah yang terdiri dari 20 gulden dan 2 pikul beras selama sebulan. Namun Colliq Pujié tidak dapat menjalankan hidup dengan tunjangan tersebut, sehingga membuatnya kemudian harus berhutang dan menjual beberapa harta benda perhiasan.  Colliq Pujié berusaha meminta pemerintah Belanda melalui Sekretaris Gubernur agar diizinkan tinggal di sebelah utara kota Makassar atau disebuah pulau, namun permintaan itu ditolak. Ia tidak diizinkan tinggal di tempat lain.

Sebenarnya pada September 1867, Arung Pancana mendapat izin dari pemerintah Belanda untuk kembali ke Tanété, namun karena terjadi pertengkaran lagi dengan keluarganya, ia kembali harus meninggalkan Tanété.

La Galigo bukan satu-satunya naskah karangan Aroe-Pantjana, ada beberapa karya lainnya seperti Hikayat Bayan Budiman – berperan sebagai sumber saduran, Sejarah Tanété, Latoa atau kumpulan ucapan dan petuah raja-raja, hingga Sureq Baweng syair indah yang terkenal di kalangan masyarakat Bugis.

Rétna Kencana Colliq Pujié Arung Pancana Toa meninggal dunia pada tanggal 11 November 1876, dimakamkan ditempat ia dibesarkan, Lamuru (sekarang di Kabupaten Bone), tempat tinggal anak perempuannya I Gading. Setelah wafat Colliq Pujié bergelar anumerta Matinroé ri Tucaé atau yang tidur di Tucaé.  (DC)

 

 

Sumber :

La Galigo : Menurut Naskah NBG 188, jilid I (2017). Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Tags: Arung Pancana ToabugisColliq PujiéLa GaligoRétna KencanaTanété
Tweet17Share26Share7Share
dewantara.id

dewantara.id

Related Posts

Irisan Semangat Pendidikan Dewi Sartika Dengan Konsep Pendidikan Waldorf

December 6, 2019

Mengenang Cliff Burton (1962-1986)

September 29, 2019
Pinot

Pinot

August 17, 2018

Mengenal Bill Browder, Sosok Musuh Nomor Satu Putin

June 21, 2018
Mahatma Gandhi: Pejuang yang Menolak Jalan Kekerasan

Mahatma Gandhi: Pejuang yang Menolak Jalan Kekerasan

June 14, 2018
Panggil Dia Dengan Sapaan “Bang Ali”

Panggil Dia Dengan Sapaan “Bang Ali”

June 11, 2018
Pramoedya Ananta Toer. sumber: goodreads.com

Mengenal Pram Melalui Pameran “Namaku Pram”

June 4, 2018

Roel Mustafa : Mengidamkan 1000 Janda

November 5, 2017
Load More

Tentang Kami

Dewantara adalah situs informasi seputar kebudayaan khususnya lingkup pendidikan. Berisi artikel, berita, opini dan ulasan menarik lainnya. Dihuni oleh para penulis dan praktisi berpengalaman.

E-mail: [email protected]
Yayasan Bintang Nusantara

Follow Us

Category

  • Advetorial
  • Dari Anda
  • Galeri
  • Garis Waktu
  • Internasional
  • Jejak
  • Jendela Dunia
  • Kabar
  • Kakiku
  • Komunitas
  • Mahasiswa
  • Nasional
  • Opini
  • Praktisi
  • Profil
  • Sains
  • Seni Budaya
  • Siswa
  • Sosok
  • Tips
  • Uncategorized

Popular

  • Kenapa Amerika Maju dan Kaya?

    Kenapa Amerika Maju dan Kaya?

    33 shares
    Share 13 Tweet 8
  • 5 Hewan Paling Malas di Dunia

    32 shares
    Share 13 Tweet 8

Recent News

Utah Jazz Versus Phoenix Suns Membuka Musim NBA 2020-2021 di O Channel

Utah Jazz Versus Phoenix Suns Membuka Musim NBA 2020-2021 di O Channel

January 16, 2021
Sejarawan Taufik Abdullah (2-selesai)

Sejarawan Taufik Abdullah (2-selesai)

January 15, 2021

© 2018 Dewantara.id

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi

© 2018 Dewantara.id