Dewantara
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
Dewantara
No Result
View All Result
Home Sosok

Pengorbanan Jenderal Sudirman

dewantara.id by dewantara.id
December 30, 2016
in Sosok
249 8
0
Pengorbanan Jenderal Sudirman

Foto: Wikimedia Commons

32
SHARES
2.3k
VIEWS
Share on TwitterShare on Facebook

Dewantara – Penggambaran Sudirman umumnya hanya satu dimensi: kurus, lugu, berjuang tanpa pamrih, sakit tapi pantang menyerah.

Lihatlah patungnya yang terbuat dari perunggu 6 m, karya dosen ITB, Sunaryo, senilai 6,5 miliyar di Jln. Jend. Sudirman Jakarta, yang dibuat pada 2003. Yang tampak hanya keteguhan tanpa emosi. Patungnya di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Yogyakarta yang dibuat seniman Hendra Gunawan dari Sanggar Pelukis Rakyat tahun 1950-an juga senada, walaupun terkesan agak jelata.

Harta, Jiwa, Raga Dikorbankan
Lahir pada 24 Januari 1916 di Purbalingga dan meninggal di Yogyakarta pada 29 Januari 1950, Sudirman merupakan pejuang yang mati muda (dalam usia 34 tahun). Pada umur 29 tahun ia sudah menjadi panglima angkata bersenjata (waktu itu bernama Tentara Keamanan Rakyat – TKR). Sudirman dipilih secara demokratis diantara para komandan dari berbagai daerah. Keraguan pimpinan negara terhadap Sudirman sirna ketika ia membuktikan kemampuannya mengusir pasukan sekutu yang jauh lebih canggih persenjataannya dengan strategi “Supit Urang” yang menjepit musuh dari dua sisi di Ambarawa.

Ia menderita sakit TBC dan dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Sebagai tanda terima kasih ia sempat menulis puisi “Rumah nan Bahagia” yang kemudian diabadikan pada salah satu ruangan tempat ia dirawat. Setelah paru-parunya “diistirahatkan” dan ketika bergerilya setelah Agresi Militer II Desember 1948, ia ditandu dengan hanya sebelah paru-paru.

Ketika itu streptomisin baru ditemukan dan pemerintah berupaya mendapatkannya di Jakarta yang sudah dikuasai Belanda, untuk mengobati Sudirman. Namun karena mata uang rupiah tidak diakui Belanda, maka obat itu diperoleh secara susah payah dengan barter batik tulis halus dari Yogyakarta. Sudirman sendiri membawa perhiasan istrinya agar dapat digunakannya sebagai biaya hidup ketika bergerilya.

Gerilya
Ketika Belanda menyerang Yogyakarta pada 19 Desember 1948 Sukarno, Hatta, dan beberapa anggota kabinet ditawan Belanda. Sedangkan Sudirman memutuskan bergerilya. Sudirman kecewa karena Bung Karno sebelumnya sudah berjanji bila perlu akan berjuang masuk hutan.

Namun di sisi lain, keputusan untuk tetap tinggal di Yogyakarta merupakan keputusan kabinet. Lagi pula menurut T.B.Simatupang, bila Sukarno-Hatta ikut bergerilya, diperlukan pengawal yang sangat banyak untuk menjaga keselamatannya. Mungkin sampai satu batalion dan Republik Indonesia (RI) tidak memiliki personil sebanyak itu khusus untuk keperluan tersebut. Dengan ditangkapnya para pemimpin RI oleh Belanda di sisi lain membuat peluang untuk berunding selalu tersedia ketimbang berada di tengah rimba.

Sudirman memutuskan untuk meneruskan perjuangan bersenjata bersama para prajuritnya dengan dukungan rakyat. Setelah mengeluarkan Perintah Siasat No.1/Stop/1948 kepada seluruh prajurit yang disiarkan melalui RRI Yogyakarta, ia meninggalkan kota (Himawan Sutanto; 2006).

Sebagian besar satuan tentara RI beroperasi secara otonom selama masa gerilya ini. Disamping banyak kemenangan kecil mereka atas pihak Belanda, pasukan RI yang berada di bawah pimpinan Letkol Suharto mendapat kemenangan psikologis ketika mereka menyerang dan menguasai Yogyakarta selama enam jam pada 1 Maret 1949.

Setelah perjanjian Roem-Royen ditandatangani, pemerintahan RI dikembalikan ke Yogyakarta. Namun Sudirman masih enggan turun dari markasnya. Sudirman dan pimpinan-pimpinan tentara lainnya enggan mengakui kekua saan sipil yang mereka anggap telah meninggalkan republik (M.C.Ricklefs; 2008). Letkol Suharto didampingi oleh fotografer Frans Mendur dan wartawan Rosihan Anwar ditugaskan menjemput Jendral Sudirman dari markasnya di daerah Wonosari. Lalu, di Yogyakarta, Sukarno dan Hatta menyambut di beranda depan kediaman presiden yang luas.

 

Ahmad Muttaqin

Tweet8Share13Share3Share
dewantara.id

dewantara.id

Related Posts

Irisan Semangat Pendidikan Dewi Sartika Dengan Konsep Pendidikan Waldorf

December 6, 2019

Mengenang Cliff Burton (1962-1986)

September 29, 2019

Mengenal Bill Browder, Sosok Musuh Nomor Satu Putin

June 21, 2018
Mahatma Gandhi: Pejuang yang Menolak Jalan Kekerasan

Mahatma Gandhi: Pejuang yang Menolak Jalan Kekerasan

June 14, 2018
Panggil Dia Dengan Sapaan “Bang Ali”

Panggil Dia Dengan Sapaan “Bang Ali”

June 11, 2018
Pramoedya Ananta Toer. sumber: goodreads.com

Mengenal Pram Melalui Pameran “Namaku Pram”

June 4, 2018
Colliq Pujié : Mengenal Perempuan Penggerak Literatur Kuno Bugis

Colliq Pujié : Mengenal Perempuan Penggerak Literatur Kuno Bugis

June 1, 2018

Roel Mustafa : Mengidamkan 1000 Janda

November 5, 2017
Load More

Tentang Kami

Dewantara adalah situs informasi seputar kebudayaan khususnya lingkup pendidikan. Berisi artikel, berita, opini dan ulasan menarik lainnya. Dihuni oleh para penulis dan praktisi berpengalaman.

E-mail: [email protected]
Yayasan Bintang Nusantara

Follow Us

Category

  • Advetorial
  • Dari Anda
  • Galeri
  • Garis Waktu
  • Internasional
  • Jejak
  • Jendela Dunia
  • Kabar
  • Kakiku
  • Komunitas
  • Mahasiswa
  • Nasional
  • Opini
  • Praktisi
  • Profil
  • Sains
  • Seni Budaya
  • Siswa
  • Sosok
  • Tips
  • Uncategorized

Popular

  • Kenapa Amerika Maju dan Kaya?

    Kenapa Amerika Maju dan Kaya?

    33 shares
    Share 13 Tweet 8
  • 12 Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan dan Kehidupan

    32 shares
    Share 13 Tweet 8

Recent News

Bedah Buku Aria Wangsakara

Bedah Buku Aria Wangsakara

December 12, 2019
Mendikbud Tetapkan Empat Pokok Kebijakan Pendidikan

Mendikbud Tetapkan Empat Pokok Kebijakan Pendidikan

December 11, 2019

© 2018 Dewantara.id

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi

© 2018 Dewantara.id

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In