Dewantara
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
Dewantara
No Result
View All Result
Home Opini

Resensi Film Sexy Killers

Clarisa Paradhita, Alumni SMA Plandaan Jombang

dewantara.id by dewantara.id
August 1, 2019
in Opini, Seni Budaya, Siswa
0
Resensi Film Sexy Killers

Screenshot film sexy killer. Instagram/watchdoc_insta.

32
SHARES
4.4k
VIEWS
Share on TwitterShare on Facebook

Baru-baru ini, ramai banget yang ngomongin film dokumenter ‘Sexy Killers’ yang dibuat rumah produksi Watchdoc. Guys, film ini sangat menghebohkan warga yang ada di Indonesia sejak bulan April 2019 kemarin. Sexy Killers ini menjelaskan sebuah pertambangan batu bara yang ada di Indonesia yang terletak di pulau Jawa dan membawa dampak yang sangat besar bagi warga sekitar yang ada di dekat perusahaan milik swasta ini yang kita sebut dengan “PLTU”. Pembangkit listrik ini bukan hanya berdampak pada masyarakat tapi juga pada lingkungan sekitar seperti padi dan tanah menjadi gersang dan lain-lain.

Sexy Killers ini juga telah mengambarkan sebuah cerita yang harus kita pahami tentang kejadian yang sangat merugikan warga yang diduga melibatkan para pejabat dan purnawirawan yang memiliki PT terbesar untuk PLTU. Dugaan keterlibatan para pejabat ini menjadi sebuah alasan bagi pemerintah untuk menunjukan sebuah komitmen yang lebih kuat, terutama dengan adanya politisi yang top di Indonesia. Mereka yang termasuk memiliki kepentingan politik dan ekonomi yang sangat besar dalam berbisnis batu bara.

Batu bara ini memang membutuhkan biaya yang sedikit untuk menghasilkan PLTU dibandingkan mengunakan tenaga yang lain seperti matahari itu sangat membutuhkan biaya yang sangat banyak. Film ini mengisahkan sebuah kesulitan warga kalimatan Timur untuk mendapatkan sebuah air bersih semenjak adanya sebuah pertambangan batu bara yang di dekat pemukiman warga sekitar. Nyoman adalah warga sekitar yang telah mengikuti transmigrasi ke Kutai negara yang mengaku kehadiran batu bara sudah memblokir aliran pertanian.

Banyak warga yang sangat resah akibat pertambangan PLTU karena mereka telah rugi mulai dari hasil pertanian yang biasa menghasilkan panen yang banyak sekarang menjadi sedikit. Hasil laut pun juga mulai berkurang para nelayan mulai tidak mendapat keuntungan ikan-ikan mulai sepi, terumbu karang juga banyak yang mati akibat terkena pertambangan batu bara yang ada di laut.

Bekas galian pertambangan semakin lama makin meluas karena mereka membuat PT perusahaan menjadi semakin besar dan telah menyebar di mana-mana. Sebaiknya jarak antara pemukiman dengan bekas galian pertambangan 500 meter sehingga tidak meresahkan warga sekitar.

Belum lagi dampak dari sebuah galian lubang besar akibat bekas dari sebuah pertambangan batu bara yang juga mengakibatkan bagi warga di sekitar kawasan pemukiman warga dan sepanjang tahun 2014-2018 telah memakan korban jiwa 115 nyawa yang telah meninggal.

Fakta lain yang diangkat dari kisah film “Sexy Killers” ini adalah pertambangan ini tak hanya terletak di daerah Kalimantan tapi ini juga terletak di Bali, yang letaknya di Buleleng yang merupakan pertambangan terbesar di Asia tenggara. Penduduk sekitar yang tinggal di dekat pertambangan PLTU juga mulai merasakan dan telah ada banyak bukti dari rumah yang mulai retak, tanah mulai menggersang sehingga kesuburan tanah mereka menjadi menurun dan warga juga sangat krisis air bersih untuk minum.

Film ini juga membahas tentang perjalanan batu bara yang panjang hingga menjadi sumber-sumber cahaya yang bisa masuk ke rumah-rumah warga sehingga anak-anak bisa berlajar. Tetapi di balik kesenangan ini mendapatkan cahaya bagi daerah yang ada di pelosok-pelosok ada juga kesedihan yang tidak bisa teratasi.

Film ini memberikan penonton saat sudut pandang yang mencengengkan sangat mengejutkan saat mengetahui fakta di balik pertambangan batu bara beserta PLTU beserta listrik yang telah di nikmati warga sehari-hari.

Dari eksploitasi yang terjadi, seluruh dampak ditanggung oleh rakyat tanpa adanya pertanggungjawaban yang harus diupayakan oleh negara maupun oleh korporasi. Belum lagi soal legalisasi perusahaan serta aturan-aturan yang harus ditaati masyarakat dalam proses operasi menambang, ada banyak aturan yang diabaikan dan tentu saja imbasnya kepada rakyat yang cukup merugikan. Sejauh ini wacana konstitusi pada praktiknya tidak pernah dijalankan oleh negara. Imbasnya yang kalah yang telah dirugikan, dikorbankan siapa lagi jika bukan seluruh rakyat Indonesia.

Film ini menunjukkan betapa berkuasanya orang beruang dan ketidakmampuan orang-orang biasa yang melawan mereka. Film ini juga mengajarkan kepada penonton untuk bersikap bijak dalam menggunakan sebuah elektronik yang meninjau dari asal mula listrik itu sendiri yang telah dibayar mahal oleh kehidupan masyarakat di sekitar tambang batu bara dan PLTU.

Namun pada kenyataannya pembuangan limbah tak sesuai janji mereka dulu hal ini telah membuktikan bahwa perizinan hanya di pakai sebagai pemasukan bukan peraturan. Bukti tersebut merupakan sebuah contoh bahwa dari melemahnya hukum yang ada di Indonesia yang harus di tegakkan lagi.

Kelebihan dari film Sexy killers ini menurut saya sebagai dari penonton sangat jelas bahwa film menjelaskan tentang agar para pengusaha tahu, bahwa apa saja yang dirasakan para rakyat di sekitar pertambangan, pun agar masyarakat yang jauh dari pertambangan tahu lebih bijak dalam penggunaan energi terutama adalah energi listrik.

Tags: sexy killerstambang batu bara
Tweet8Share13Share3Share
dewantara.id

dewantara.id

Related Posts

Suguhan Sekian Semesta dalam Dr.Strange: Multiverse of Madness

Suguhan Sekian Semesta dalam Dr.Strange: Multiverse of Madness

May 11, 2022
NATO Climate Change and Security Action Plan :  Bentuk Responsi Aliansi Militer Terhadap Ancaman Iklim

NATO Climate Change and Security Action Plan : Bentuk Responsi Aliansi Militer Terhadap Ancaman Iklim

October 26, 2021
Review Serial Hitam: Zombi Masuk Desa

Review Serial Hitam: Zombi Masuk Desa

August 17, 2021
The Falcon and Winter Soldier: Sambutlah “Black Captain America” yang Humanis dan Politis

The Falcon and Winter Soldier: Sambutlah “Black Captain America” yang Humanis dan Politis

June 9, 2021
A Quiet Place II: Tegang dan Seru Selevel Jurassic Park Lost World dan I’m Legend

A Quiet Place II: Tegang dan Seru Selevel Jurassic Park Lost World dan I’m Legend

June 9, 2021
Ulas Serial ‘Girl From Nowhere: Season 1’: Setan Itu Hanya Menggoda

Ulas Serial ‘Girl From Nowhere: Season 1’: Setan Itu Hanya Menggoda

June 7, 2021

Relasi Guru dan Murid Berbasis Kesetaraan

August 25, 2020
WFH dan Komitmen

WFH dan Komitmen

June 28, 2020
Load More

Tentang Kami

Dewantara adalah situs informasi seputar kebudayaan khususnya lingkup pendidikan. Berisi artikel, berita, opini dan ulasan menarik lainnya. Dihuni oleh para penulis dan praktisi berpengalaman.

E-mail: jejaringdewantara@gmail.com
Yayasan Bintang Nusantara

Follow Us

Category

  • Advetorial
  • Dari Anda
  • Galeri
  • Garis Waktu
  • Internasional
  • Jejak
  • Jendela Dunia
  • Kabar
  • Kakiku
  • Komunitas
  • Mahasiswa
  • Nasional
  • Opini
  • Praktisi
  • Profil
  • Sains
  • Seni Budaya
  • Siswa
  • Sosok
  • Tips
  • Uncategorized

Popular

  • “Bahasa Melayu Sebagai Lingua Franca Masa Kurun Niaga”

    33 shares
    Share 13 Tweet 8
  • 5 Hewan Paling Malas di Dunia

    33 shares
    Share 13 Tweet 8

Recent News

Suguhan Sekian Semesta dalam Dr.Strange: Multiverse of Madness

Suguhan Sekian Semesta dalam Dr.Strange: Multiverse of Madness

May 11, 2022
Sambutan Sarat Motivasi dari Bong Welly Swandana di Hadapan Guru-guru SMA Kota Cilegon

Sambutan Sarat Motivasi dari Bong Welly Swandana di Hadapan Guru-guru SMA Kota Cilegon

April 3, 2022

© 2018 Dewantara.id

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi

© 2018 Dewantara.id