Menapaki Jalan Pengabdian: 33 Putra-Putri Sumsel Resmi Menjadi Calon Praja IPDN Jatinangor
5 mins read

Menapaki Jalan Pengabdian: 33 Putra-Putri Sumsel Resmi Menjadi Calon Praja IPDN Jatinangor

Jatinangor, Sumedang || DEWANTARA.id – Matahari pagi terasa terik di langit Jatinangor, Selasa (23/9/2025). Namun sinarnya tak sanggup memudarkan semangat 33 putra-putri terbaik Sumatera Selatan yang bersiap menapaki jalan panjang sebagai calon Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Dengan langkah tegap dan wajah penuh harap, mereka resmi memasuki gerbang kampus IPDN Jatinangor, Jawa Barat — awal dari perjalanan empat tahun menuju cita-cita menjadi abdi negara.

Sejak pagi, halaman Hotel Puri Khatulistiwa di Jalan Raya Jatinangor Km 20 sudah dipenuhi keluarga yang menghantar. Ada yang membawa kamera, ada yang menyiapkan video di ponsel. Mereka ingin mengabadikan setiap detik bersejarah itu: langkah-langkah kaki muda yang kini memasuki dunia disiplin, pendidikan, dan pengabdian.

Dari pelataran hotel menuju gerbang kampus, jarak 130 meter itu menjadi semacam “jalan pengukuhan” — sempit tetapi sarat makna. Setiap derap kaki mereka seakan menggema semboyan IPDN, “Bhineka Nara Eka Bhakti”, walau berbeda-beda, tetap satu pengabdian.

Dari Sumsel ke Lembah Manglayang

Plt. Asisten Pemerintahan dan Kesra Provinsi Sumsel, Dr. Drs. Sunarto, M.Si., yang turut mengantar, menyambut mereka dengan penuh motivasi. “Selamat datang kepada 33 calon Praja IPDN Angkatan XXXVI Tahun 2025 di Lembah Manglayang,” ujarnya, menyebut nama kawasan hijau di kaki Gunung Manglayang yang telah menjadi rumah pendidikan para birokrat muda.

Sunarto bukan hanya memberi sambutan formal. Ia mengingatkan pesan mendasar: “Kalian datang ke sini karena kalian telah memilih menjadi Praja IPDN. Maka tunjukkan semangat kalian hingga akhir, sampai dilantik menjadi Praja Utama, lalu Purna Praja, dan diangkat menjadi ASN, abdi negara sekaligus abdi masyarakat.” Suara beliau bergetar, menyemangati para calon praja yang tampak serius mendengarkan.

Bagi para calon praja, ucapan itu bukan sekadar seremonial. Ini penguatan tekad, bahwa pendidikan di IPDN terdiri dari dua tahap berat: satu tahun dasar dan disiplin, serta tiga tahun pendidikan akademik. Dalam empat tahun itu, mereka akan ditempa menjadi kader pemerintahan yang berintegritas, berwawasan kebangsaan, dan siap ditempatkan di seluruh pelosok Indonesia.

Refleksi Diri dan Doa Bersama

Setelah seremonial, suasana hening sejenak. Para calon praja diajak merenung, memutar kembali perjalanan panjang yang sudah mereka lalui: ujian fisik, tes akademik, tes psikologi, hingga lolos seleksi nasional. Diiringi doa bersama yang dipimpin perwakilan orang tua, suasana terasa syahdu. Beberapa orang tua meneteskan air mata, bukan karena sedih, tetapi bangga melihat anaknya resmi menjadi bagian keluarga besar IPDN.

“Di sinilah kami serahkan anak-anak kami untuk dididik menjadi pemimpin masa depan,” ujar seorang ayah yang datang dari Lahat, Sumsel, sambil memeluk putranya untuk terakhir kali sebelum melepasnya ke kampus.

Ritual Registrasi yang Penuh Makna

Memasuki gerbang IPDN, proses registrasi berlangsung teratur. Calon praja diarahkan melewati berbagai meja: mulai pengecekan identitas dan wajah, pembagian kartu kendali, penandatanganan visum, hingga serah terima dari BKD Provinsi ke IPDN. Barang bawaan diperiksa, obat-obatan diverifikasi, lalu calon praja memilih program studi, mengukur baju dinas, menerima kaporlap, dan mendapatkan nama wisma serta pengasuh pendamping.

Proses ini, meski administratif, menjadi pengalaman pertama mereka sebagai calon birokrat muda: disiplin, rapi, dan bertanggung jawab atas setiap detail. “Semua tahapan ini bagian dari pembentukan karakter. Di sini anak-anak kita belajar tertib sejak awal,” kata salah satu pengasuh.

Atmosfer Pendidikan dan Nilai Kebangsaan

Suasana di kampus IPDN Jatinangor berbeda dengan kampus sipil biasa. Di bawah pepohonan rindang dan bangunan bergaya Nusantara, disiplin militer ringan berpadu dengan atmosfer akademik. Para pengasuh menekankan bahwa pendidikan di IPDN bukan hanya tentang ilmu pemerintahan, tetapi juga pembentukan jiwa korsa, integritas, dan pelayanan publik.

Seorang alumni IPDN yang ikut hadir berpesan, “Nikmati setiap prosesnya. IPDN bukan sekadar kampus, tapi kawah candradimuka untuk calon pemimpin daerah. Kalian akan ditempa tidak hanya untuk cerdas, tetapi juga tangguh, punya empati, dan berjiwa melayani.”

Menyiapkan Generasi Abdi Negara

Ke-33 calon praja asal Sumsel ini menjadi simbol harapan daerah. Mereka diharapkan kelak kembali ke Sumsel sebagai aparatur yang kompeten dan berintegritas, membantu meningkatkan kualitas layanan publik, dan menjadi teladan di tengah masyarakat. Di pundak merekalah masa depan tata kelola pemerintahan daerah disandarkan.

Para orang tua, sambil melambaikan tangan, menyadari anak-anak mereka akan memasuki dunia baru yang menuntut kedewasaan. “Kami bangga dan berdoa semoga mereka kuat. Jalan ini berat, tetapi mulia,” kata Hj. Siti, ibu calon praja dari Muara Enim.

Bukan Sekadar Ceremonial

Kedatangan 33 calon Praja IPDN asal Sumsel di Jatinangor bukan sekadar berita seremonial penerimaan mahasiswa baru. Ia adalah cermin harapan bangsa pada generasi muda yang kelak mengelola pemerintahan. Di era ketika pelayanan publik dituntut semakin profesional, keberadaan praja IPDN menjadi investasi jangka panjang.

Feature ini tidak hanya melaporkan fakta, tetapi menyorot suasana batin, nilai pendidikan, dan semangat kebangsaan yang lahir di antara derap kaki calon birokrat muda. Di bawah panas matahari, diiringi doa orang tua, mereka melangkah masuk ke kampus IPDN: meninggalkan masa remaja menuju jalan pengabdian.**

TEKS ; RELEASE / YULIE | EDITOR : IMRON SUPRIYADI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *