Pahala Orang yang Menyiapkan Takjil, Pesantren Laa Roiba Buka Ladang Amal Ramadhan
6 mins read

Pahala Orang yang Menyiapkan Takjil, Pesantren Laa Roiba Buka Ladang Amal Ramadhan

Oleh : KH Taufik Hidayat (Pendiri dan Pondok Pesantren Laa Roiba Muaraenim)

Pondok Pesantren Laa Roiba Muaraenim, sejak awal Ramadhan 1446 Hijriyah, telah mengajak warga, terutama bagi kaum mukmin dan mukminaat, untuk ikut serta dalam menyiapkan takjil (makanan berbuka puasa) terutama bagi santri di Pesantren Laa Roiba.

Mengapa hal itu dilakukan? Berikut disampaikan KH Taufik Hidayat, Pendiri dan Pimpinan Pondok Pesantren Laa Roiba Muaraenim, tentang Takjil dalam berbagai perspektif, ditulis untuk Anda :

Asal Muasal Takjil dan Tradisi Penyediaannya

Takjil merupakan istilah yang sangat akrab di kalangan umat Islam, khususnya dalam bulan suci Ramadhan. Secara historis, tradisi menyediakan takjil untuk berbuka puasa tidaklah baru. Dalam catatan sejarah Islam, pada masa Rasulullah ﷺ, beliau sangat menganjurkan umatnya untuk segera berbuka ketika waktu maghrib tiba dengan makanan ringan sebelum melaksanakan shalat Maghrib. Dalam hadis disebutkan:

لَقَدْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ الْفُطُورَ عَلَى الَرُطَبِ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَعَلَى الَتَّمْرِ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ حَسَاًتٍ مَّاءٍ

“Sesungguhnya Rasulullah ﷺ sangat menyukai berbuka dengan kurma basah. Jika tidak ada, maka dengan kurma kering. Jika tidak ada, maka dengan seteguk air.” (HR. Abu Dawud No. 2356)

Hadis ini menunjukkan bahwa tradisi berbuka dengan makanan ringan sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad ﷺ. Namun, dalam perkembangannya, tradisi takjil menjadi semakin meluas dengan berbagai jenis makanan yang disajikan untuk berbuka puasa, seperti kolak, es buah, dan gorengan di berbagai negara Muslim, termasuk Indonesia.

Makna Takjil dalam Islam

  1. Makna Harfiah

Secara bahasa, kata “takjil” berasal dari bahasa Arab yaitu تَعْجِيلٌ (ta’jīl) yang berarti “menyegerakan”. Dalam konteks ibadah puasa, takjil berarti menyegerakan berbuka puasa sebagaimana anjuran Rasulullah ﷺ.

  1. Makna Sosiologis

Dari sudut pandang sosial, tradisi takjil memiliki makna sebagai sarana mempererat ukhuwah Islamiyah. Di berbagai negara Muslim, khususnya di Indonesia, tradisi berbagi takjil sangat kental dalam kehidupan masyarakat. Baik individu maupun komunitas sering kali menyelenggarakan pembagian takjil secara massal, baik di masjid, jalanan, atau di tempat umum lainnya.

  1. Makna Filosofis

Dari segi filosofis, takjil mencerminkan nilai kebersamaan, kasih sayang, dan kepedulian terhadap sesama. Hal ini sejalan dengan konsep Islam yang menekankan keseimbangan dalam hubungan antara manusia dengan Allah (habluminallah) dan hubungan antar sesama manusia (habluminannas).

Pahala bagi Orang yang Menyediakan Takjil

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk memberi makanan kepada orang yang berpuasa. Dalam hadis disebutkan:

مَنْ فَطَّرَ صَائِماً كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنِْهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَائِمِ شَيْئاً

“Barang siapa yang memberi makan untuk berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa.” (HR. Tirmidzi No. 807)

Dari hadis ini, kita dapat memahami bahwa orang yang menyediakan takjil mendapatkan pahala yang besar, bahkan sebanding dengan pahala orang yang berpuasa.

Manfaat Takjil bagi Pribadi dan Masyarakat

Manfaat Pribadi: Memberikan takjil mendatangkan pahala dan keberkahan dalam hidup, serta menumbuhkan rasa empati dan kepedulian sosial.

Manfaat bagi yang Makan Takjil: Takjil membantu mengembalikan energi setelah seharian berpuasa, mempersiapkan tubuh untuk ibadah shalat Maghrib dan Tarawih.

Manfaat Sosial: Tradisi berbagi takjil mempererat tali persaudaraan antar sesama muslim dan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis.

Habluminallah dan Habluminannas dalam Takjil

Habluminallah (Hubungan dengan Allah): Berbagi takjil adalah bentuk ibadah dan kepatuhan terhadap anjuran Rasulullah ﷺ.

Habluminannas (Hubungan dengan Sesama Manusia): Berbagi takjil mencerminkan sikap saling peduli dan menciptakan solidaritas sosial yang kuat.

Pahala Donasi untuk Takjil

Bagi mereka yang mendonasikan uang untuk menyediakan takjil, Allah telah menjanjikan pahala yang besar. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

وَمَا تُقَدِمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللَّهِ

“Dan apa saja kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, niscaya kamu akan mendapat pahalanya di sisi Allah.” (QS. Al-Baqarah: 110)

Dengan demikian, berbagi takjil, baik melalui tenaga, makanan, maupun donasi, merupakan amalan yang mendatangkan pahala besar di sisi Allah.

Kesimpulan

Tradisi takjil bukan sekadar kebiasaan, tetapi memiliki akar yang kuat dalam ajaran Islam. Ia mencerminkan nilai-nilai kepedulian sosial, keberkahan, serta hubungan yang harmonis antara manusia dan Tuhannya. Oleh karena itu, marilah kita jadikan Ramadhan sebagai momen untuk berbagi dan mendekatkan diri kepada Allah melalui amalan berbagi takjil.

Makna Takjil dalam Islam

  1. Makna Harfiah

Secara bahasa, kata “takjil” berasal dari bahasa Arab yaitu تَعْجِيلٌ (ta’jīl) yang berarti “menyegerakan”. Dalam konteks ibadah puasa, takjil berarti menyegerakan berbuka puasa sebagaimana anjuran Rasulullah ﷺ.

  1. Makna Sosiologis

Dari sudut pandang sosial, tradisi takjil memiliki makna sebagai sarana mempererat ukhuwah Islamiyah. Di berbagai negara Muslim, khususnya di Indonesia, tradisi berbagi takjil sangat kental dalam kehidupan masyarakat. Baik individu maupun komunitas sering kali menyelenggarakan pembagian takjil secara massal, baik di masjid, jalanan, atau di tempat umum lainnya.

  1. Makna Filosofis

Dari segi filosofis, takjil mencerminkan nilai kebersamaan, kasih sayang, dan kepedulian terhadap sesama. Hal ini sejalan dengan konsep Islam yang menekankan keseimbangan dalam hubungan antara manusia dengan Allah (habluminallah) dan hubungan antar sesama manusia (habluminannas).

Pahala bagi Orang yang Menyediakan Takjil

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk memberi makanan kepada orang yang berpuasa. Dalam hadis disebutkan:

مَنْ فَطَّرَ صَائِماً كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنِْهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَائِمِ شَيْئاً

“Barang siapa yang memberi makan untuk berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa.” (HR. Tirmidzi No. 807)

Dari hadis ini, kita dapat memahami bahwa orang yang menyediakan takjil mendapatkan pahala yang besar, bahkan sebanding dengan pahala orang yang berpuasa.

Manfaat Takjil bagi Pribadi dan Masyarakat

Manfaat Pribadi: Memberikan takjil mendatangkan pahala dan keberkahan dalam hidup, serta menumbuhkan rasa empati dan kepedulian sosial.

Manfaat bagi yang Makan Takjil: Takjil membantu mengembalikan energi setelah seharian berpuasa, mempersiapkan tubuh untuk ibadah shalat Maghrib dan Tarawih.

Manfaat Sosial : Tradisi berbagi takjil mempererat tali persaudaraan antar sesama muslim dan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis.

Habluminallah dan Habluminannas dalam Takjil

Habluminallah (Hubungan dengan Allah) : Berbagi takjil adalah bentuk ibadah dan kepatuhan terhadap anjuran Rasulullah ﷺ.

Habluminannas (Hubungan dengan Sesama Manusia): Berbagi takjil mencerminkan sikap saling peduli dan menciptakan solidaritas sosial yang kuat.

Pahala Donasi untuk Takjil

Bagi mereka yang mendonasikan uang untuk menyediakan takjil, Allah telah menjanjikan pahala yang besar. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

وَمَا تُقَدِمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللَّهِ

“Dan apa saja kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, niscaya kamu akan mendapat pahalanya di sisi Allah.” (QS. Al-Baqarah: 110)

Dengan demikian, berbagi takjil, baik melalui tenaga, makanan, maupun donasi, merupakan amalan yang mendatangkan pahala besar di sisi Allah.

Kesimpulan

Tradisi takjil bukan sekadar kebiasaan, tetapi memiliki akar yang kuat dalam ajaran Islam. Ia mencerminkan nilai-nilai kepedulian sosial, keberkahan, serta hubungan yang harmonis antara manusia dan Tuhannya. Oleh karena itu, marilah kita jadikan Ramadhan sebagai momen untuk berbagi dan mendekatkan diri kepada Allah melalui amalan berbagi takjil.**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *