Literasi Sadar Halal, Komitmen Kolaboratif Dukung UMKM Sumsel Maju
5 mins read

Literasi Sadar Halal, Komitmen Kolaboratif Dukung UMKM Sumsel Maju

PALEMBANG | DEWANTARA.id – Di sebuah pagi yang teduh di Palembang, aroma kopi robusta khas Semendo berpadu dengan semangat para pelaku UMKM yang memenuhi aula Balai Diklat Keagamaan (BDK) Palembang. Bukan sekadar pelatihan biasa — inilah gerakan literasi sadar halal, sebuah ikhtiar bersama untuk menumbuhkan kesadaran baru: bahwa halal bukan hanya label di kemasan, melainkan nilai hidup yang menuntun keberkahan.

Sabtu (11/10/2025) itu, ruangan yang biasanya dipenuhi peserta diklat kini bergemuruh oleh dialog antara pemerintah, ulama, dan pelaku usaha kecil. Tema yang diangkat sungguh relevan di tengah geliat ekonomi umat: “Literasi Sadar Halal untuk UMKM Sumsel Maju.”

Halal Sebagai Jalan Hidup

“Percepatan sertifikasi halal adalah amanat undang-undang sekaligus amanat iman,” tutur Zainudin, Kepala Subdirektorat Bina Ekosistem Halal BPJPH, membuka arahannya dengan suara mantap.

Baginya, regulasi bukan sekadar urusan administratif. UU No. 33 Tahun 2014 dan PP No. 42 Tahun 2024 tentang Jaminan Produk Halal, kata Zainudin, merupakan bentuk kasih sayang negara kepada rakyatnya — agar produk yang beredar di pasar bukan hanya menguntungkan, tetapi juga menenteramkan hati.

“Halal adalah perlindungan bagi umat. Sertifikat halal bukan sekadar stempel, tetapi simbol amanah dan kebersihan hati produsen terhadap konsumennya,” ujarnya dengan nada reflektif.

Ia lalu menambahkan bahwa pada 2026 nanti, seluruh pelaku usaha wajib sudah memiliki sertifikat halal. “Ini bukan beban, tapi peluang besar. Dunia sedang melirik pasar halal. Kita harus jadi pemain, bukan sekadar penonton,” pesannya.

Sinergi Umat dan Negara

Kegiatan ini terselenggara berkat kolaborasi tiga pihak: BPJPH, Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumatera Selatan, dan dukungan penuh dari Anggota Komisi VIII DPR RI Dapil Sumsel 1, Iqbal Romzi.

Dalam sambutannya, Iqbal yang dikenal sebagai tokoh muda dan dai inspiratif itu menegaskan, “Negara hadir untuk mempermudah, bukan mempersulit.”

Melalui program sertifikasi halal gratis hingga 2026, pemerintah menargetkan satu juta produk bersertifikat halal di seluruh Indonesia — dan untuk Sumatera Selatan, sebanyak 19.000 sertifikat diharapkan terbit. “Saat ini sudah 15.000 tercapai, dan kita terus berlari agar semua pelaku UMKM bisa ikut serta,” kata Iqbal.

Ia juga menekankan bahwa kini BPJPH bertanggung jawab langsung kepada Presiden, bukan lagi di bawah MUI. “Dengan demikian, sertifikat halal yang dikeluarkan memiliki kepastian hukum lebih kuat, dan produk UMKM menjadi lebih kompetitif. Kita ingin UMKM Sumsel tidak hanya berjaya di pasar lokal, tapi juga menembus ekspor halal dunia,” tambahnya.

Sebagai tokoh agama, Iqbal menutup dengan pesan moral: “Kehalalan itu bukan sekadar label. Ia adalah kondisi batin. Barang yang halal akan menumbuhkan keberkahan. Tapi yang haram — meski lezat — menumpulkan nurani.”

Sertifikat Halal: Kebutuhan, Bukan Formalitas

Sekretaris Satgas Halal Sumsel, H. Yauza Effendi, hadir mewakili Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumsel. Dengan nada tenang tapi tegas, ia menyampaikan bahwa kesadaran halal kini harus menjadi gerakan sosial.

“Masih banyak pelaku usaha yang menganggap halal hanya urusan agama. Padahal ini juga soal kepercayaan pasar,” ujarnya.

Menurut Yauza, masyarakat sekarang jauh lebih kritis. Mereka memeriksa kemasan, mengecek izin BPOM, hingga memastikan label halal tertera jelas. “Ketika produk memiliki sertifikat halal, kepercayaan konsumen naik, omzet meningkat, dan pasar terbuka luas,” jelasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa batas waktu penyesuaian label halal ditetapkan pada Oktober 2024. “Artinya, waktu kita tinggal sebentar. Ini bukan hanya tentang kepatuhan pada aturan, tetapi juga kesiapan untuk bersaing di pasar modern.”

UMKM, Garda Depan Ekonomi Umat

Di antara para peserta yang hadir, tampak Ibu Nuraini — pengusaha keripik tempe asal Prabumulih — menatap layar laptopnya dengan penuh semangat. Di akhir acara, panitia membuka layanan on the spot registration, membantu peserta yang belum memiliki sertifikat halal untuk langsung mendaftar.

“Saya tidak menyangka semudah ini. Ternyata sekarang bisa daftar langsung. Saya merasa lebih tenang, karena produk saya bisa dibeli tanpa ragu,” ujarnya dengan mata berbinar.

Bagi pelaku UMKM seperti Nuraini, sertifikat halal bukan sekadar dokumen, tetapi modal spiritual. Ia percaya, usaha yang berlandaskan halal akan lebih langgeng dan penuh berkah.

Dari Literasi Menuju Laku Hidup

Kegiatan literasi halal ini lebih dari sekadar sosialisasi. Ia adalah dakwah ekonomi — ajakan untuk menata niat, memperbaiki proses produksi, dan menegakkan nilai kejujuran di tengah kerasnya persaingan pasar.

Dalam pandangan Islam, halal adalah integrasi antara etika dan ekonomi. Nabi Muhammad ﷺ sendiri adalah pedagang ulung yang menolak keuntungan dari cara curang. Di masa kini, semangat itu dihidupkan kembali melalui literasi sadar halal.

Literasi ini mengajarkan bahwa menjadi pengusaha muslim bukan hanya soal mencari untung, tetapi juga soal memberi manfaat. Bahwa setiap rupiah yang kita peroleh harus bersih, dan setiap produk yang kita hasilkan harus menenangkan hati pembelinya.

Kolaborasi Menuju Ekosistem Halal

Palembang hari itu menjadi saksi betapa pentingnya sinergi antara pemerintah, legislatif, dan masyarakat. Literasi halal bukan pekerjaan satu instansi, melainkan gerakan bersama yang menuntut keterlibatan semua pihak — dari regulator hingga produsen kecil di pinggir jalan.

Dalam konteks yang lebih luas, gerakan sadar halal juga menjadi bagian dari ekonomi syariah nasional yang kini tumbuh pesat. Indonesia, dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia, punya potensi besar menjadi pusat halal dunia. Tapi potensi itu baru berarti jika kesadaran halalnya lahir dari dalam hati umatnya sendiri.

Penutup: Menanam Keberkahan

Di akhir acara, gema doa menutup pertemuan. Para peserta menengadahkan tangan, bukan sekadar memohon rezeki, tetapi juga keberkahan dalam setiap usaha.

Kegiatan literasi sadar halal ini seolah mengingatkan kita bahwa keberkahan tidak datang dari strategi bisnis semata, melainkan dari kejujuran niat dan kebersihan proses.

Dari Palembang, Sumatera Selatan mengirim pesan kepada Indonesia: bahwa membangun ekonomi umat harus dimulai dari hal yang paling sederhana — memastikan apa yang kita makan, kita jual, dan kita pakai benar-benar halal dan tayyib.

TEKS : HUMAS Kemenag Sumsel | EDITOR : IMRON SUPRIYADI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *